Minggu, 31 Agustus 2014

Mahapralaya Kerajaan Medang dan Supernova 1006

Sebuah bintang membuat gebrakan pada debutnya sekitar tanggal 1 Mei 1006, di bagian selatan konstelasi Wolf (Lupus). Tercatat menerangi langit malam di atas wilayah yang sekarang dikenal sebagai Cina, Mesir, Irak, Italia, Jepang, dan Swiss. Manusia yang hidup pada saat itupun terpesona dan mencatat peristiwa tersebut! Seperti yang dikutip dari Alam Mengembang Jadi Guru, beberapa catatan masih ada dan dapat dibaca saat ini. Ini adalah peristiwa Supernova yang paling terang yang pernah dilihat manusia dalam sejarah yang tercatat.


Puing-puing sisa supernova SN1006 yang terlihat saat ini

Biarawan biara Benediktin di Swiss mengagumi kecerahan bintang itu, dan mengomentari variabilitas cahayanya, “kadang-kadang melemah, kadang-kadang terang sekali, dan kadang-kadang padam” – mungkin karena kondisi atmosfer disana, dan karena bintang itu terlihat cukup rendah di cakrawala selatan.


Petroglip supernova 1006?

Astronom Cina dari era yang sama menggambarkan bagaimana cahaya supernova itu cukup untuk menerangi obyek-obyek di lapangan.
Dan pada tahun 2006, dua astronom amerika berspekulasi bahwa petroglyph (batu ukiran) yang dibuat oleh suku asli amerika yang ditemukan di Arizona, menunjukkan peristiwa supernova tahun 1006 itu.
Ukiran tersebut menunjukkan obyek yang menyerupai bintang melayang di atas simbol kalajengking. meskipun beberapa archaeoastronomers terkemuka sangat skeptis terhadap klaim ini.
Seorang dokter Mesir/Arab dan astronom Ali bin Ridwan di tahun 1006 juga mencatat bahwa “langit bersinar” oleh cahaya dari sebuah bintang, menambahkan, “Intensitas cahayanya sedikit lebih dari seperempat cahaya bulan.” Dia juga membandingkan kecerahan bintang ini adalah tiga kali lebih besar dari Venus.

Bintang itu saat ini dikenal sebagai sisa supernova SN 1006, awan puing kini tampak meluas sekitar 60 tahun cahaya dan dipahami mewakili sisa-sisa dari bintang kerdil putih. Merupakan bagian dari sistem bintang biner, dimana bintang kerdil putih padat secara perlahan-lahan mengambil materi dari bintang pendampingnya. Penumpukan massa akhirnya memicu ledakan termonuklir yang menghancurkan bintang kerdil.
Karena jarak ke sisa supernova adalah sekitar 7,000 tahun cahaya, ledakan tersebut sebenarnya terjadi 7,000 tahun sebelum cahaya-nya mencapai Bumi pada tahun 1006. Sentakan gelombang pada sisa-sisa mempercepat partikel ke energi ekstrim dan diperkirakan menjadi sumber dari sinar kosmik misterius.

Para astronom saat ini mengetahui bahwa pada puncaknya, yaitu pada musim semi tahun 1006, orang mungkin bisa membaca naskah di tengah malam dengan cahayanya.”
Kalau bangsa-bangsa lain di dunia mengetahui dan melihat peristiwa supernova ini di langit malam mereka, bagaimana dengan bangsa kita?
Menariknya pada abad 10 dan awal abad 11, sejarah bangsa indonesia yang diketahui saat ini adalah diwarnai oleh perseteruan dua kerajaan besar, yaitu Sriwijaya (sumatera) dan kerajaan Medang (jawa) atau yang lebih dikenal dengan kerajaan Mataram Kuno/Hindu.
Lebih menarik lagi, dalam perseteruan ini, di tahun 1006 ada istilah MahaPralaya atau Pralaya yang sampai saat ini masih menjadi perdebatan para ahli sejarah bangsa ini. Maha Pralaya ini mengacu pada kehancuran atau keruntuhan kerajaan Medang atau Mataram Kuno.

Pendapat Pertama
Van Bemmelen -geolog legendaris- menyebutkan bahwa letusan katastrofik gunung api hanya bisa terjadi jika terdapat dua faktor pendukung dalam gunung tersebut: magma yang sangat asam dan histori letusan katastrofik. Keasaman magma berbanding lurus dengan kekentalannya, dan kekentalan magma berbanding lurus dengan kemampuannya menyekap gas vulkanik. Sehingga makin asam magma, makin kuat kemampuannya menahan gas. Ini kondisi mengerikan, karena ketika batas ketahanan magma terlampaui, gas vulkanik yang tertekan hebat akan langsung dikeluarkan dengan energi yang sangat tinggi. Secara kasat mata magma sangat asam ini bisa kita lihat sebagai batu apung (pumice). Sebuah gunung berapi juga hanya akan berpotensi meletus katastrofik jika histori letusannya menunjukkan adanya peristiwa serupa di masa purba.
Menurut van Bammelen sebagian puncak Merapi pernah hancur. Kemudian lapisan tanah begeser ke arah barat daya sehingga terjadi lipatan, yang antara lain, membentuk Gunung Gendol dan lempengan Pegunungan Menoreh.
Sebagian sejarawan ada yang sependapat dengan teori van Bammelen bahwa Mahapralaya mengacu pada Kehancuran kerajaan Medang di Jawa Tengah akibat bencana alam, yaitu meletusnya Gunung Merapi secara dahsyat. Letusan gunung ini membawa malapetaka yang mematikan: gempa bumi, banjir lahar, hujan abu, dan batu-batuan yang mengerikan menimpa serta mengubur apa pun yang berada di sekitarnya, termasuk wilayah Bhumi Mataram yag berada disekitar gunung merapi (sampai saat ini belum diketahui secara pasti lokasi istana kerajaan Medang di Jawa Tengah).


Merapi dengan Letusan november 2010, belum ada apa-apanya dibandingkan letusan 1006

Istana Medang yang diperkirakan saat itu berada di Bhumi Mataram (bumi mataram adalah nama dari daerah yogyakarta dan sekitarnya) hancur. Banyak candi-candi yang rusak (termasuk Borobudur dan prambanan) atau bahkan tertimbun debu dan pasir seperti candi sambisari dll. Tidak diketahui dengan pasti apakah Dyah Wawa (raja saat itu) tewas dalam bencana alam tersebut ataukah sudah meninggal sebelum peristiwa itu terjadi, karena raja Medang selanjutnya yang bernama Mpu Sindok, bertakhta di Jawa Timur.

Jika bencana alam yang menghancurkan kerajaan Medang di jawa tengah ini terjadi sekitar bulan Mei 1006 atau bulan-bulan sesudahnya, tentu sangatlah mengerikan suasana malam-malam pada saat itu, dimana letusan merapi yang dahsyat bergabung dengan cerahnya sebuah bintang akibat ledakan sebuah bintang 7000 tahun sebelumnya.

Pendapat Kedua
Sebagian sejarawan indonesia ada yang berpendapat bahwa menurut prasasti pucangan, Mahapralaya tahun 1006 itu mengacu pada runtuhnya kerajaan Medang di Jawa Timur yang saat itu diperintah oleh Tguh Dharmawangsa (cucu Mpu Sindok). Dharmawangsa yang saat itu sedang melangsungkan pernikahan putrinya dengan, diserbu oleh haji (gelar raja bawahan) Wurawari dari Lwaram yang diperkirakan sebagai sekutu Kerajaan Sriwijaya. Dalam peristiwa tersebut, Dharmawangsa tewas.


Jika penyerbuan Wurawari malam hari, maka mungkin seperti inilah kejadiannya

Tiga tahun kemudian, seorang pangeran berdarah campuran Jawa–Bali yang lolos dari Mahapralaya tampil membangun kerajaan baru sebagai kelanjutan Kerajaan Medang. Pangeran itu bernama Airlangga yang mengaku bahwa ibunya adalah keturunan Mpu Sindok. Kerajaan yang ia dirikan kemudian lazim disebut dengan nama Kerajaan Kahuripan.
Jika penyerbuan haji wura-wari saat Raja Dharmawangsa menikahkan putrinya terjadi pada bulan Mei atau bulan-bulan sesudahnya, dapat dibayangkan bahwa pertempuran yang antara pasukan yang setia pada raja dan pasukan pemberontak itu terjadi dibawah sinar cemerlang hasil ledakan bintang yang meledak 7000 tahun sebelumnya. Memang dalam banyak kisah dan kepercayaan, sebuah ledakan bintang itu menandai keruntuhan atau kebangkitan sebuah dinasti atau orang besar.
____________________________________________________________________________________________________

Pertanyaan yang menarik adalah, sempatkah bangsa kita dahulu mencatat peristiwa ini? Mungkinkah ada prasasti yang menunggu untuk ditemukan yang mencatat cahaya bintang cemerlang di langit malam tahun 1006 Masehi tersebut? Memang problem terbesar bagi kita untuk meneliti sejarah bangsa kita adalah kurangnya catatan-catatan yang kita peroleh dari nenek moyang kita dahulu, tidak seperti bangsa China yang sampai saat ini catatan-catatan nenek moyang mereka masih banyak yang tersimpan dengan baik hingga masa sebelum masehi. Bukan berarti nenek moyang kita malas mencatat, tapi lebih karena daerah kita yang rawan terhadap bencana alam seperti letusan gunung berapi dan gempa bumi. Bencana-bencana inilah yang mungkin memusnahkan sebagian catatan-catatan nenek moyang kita, terutama yang dicatat pada daun lontar dan kayu. Hanya yang tercatat pada batulah yang kemungkinan besar masih dapat kita temukan

Misteri Geoglyph-Geoglyph Kuno di Dunia


Di seluruh dunia, budaya-budaya kuno telah membuat geoglyph-geoglyph (motif besar yang terukir pada lanskap dan umumnya hanya dapat dilihat dari udara) misterius. Karena fitur ini diciptakan di masa lalu, dimana diperkirakan perjalanan udara belum ada, keberadaan mereka telah menimbulkan spekulasi tentang asal-usul mereka. Ditujukan kepada siapakah geoglyph-geoglyph ini? Siapa yang membuatnya? Apa tujuannya?
Berikut daftar 10 geoglyph kuno yang paling misterius yang hanya bisa dilihat dari udara, seperti yang dikutip dari Alam Mengembang Jadi Guru.

Nazca Lines

Mungkin yang paling terkenal dari geoglyph, adalah sekelompok geoglyph yang dikenal dengan nama Nazca Lines, yang ditemukan di Gurun Nazca di selatan Peru dan telah dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Para ilmuwan percaya bahwa mereka diciptakan antara 200 SM dan 500 M. Mereka terdiri dari ratusan gambar obyek, banyak yang menggambarkan hewan seperti Kolibri, hiu, monyet, laba-laba, paus pembunuh, kadal dan bahkan ada juga yang dijuluki “angkasawan”

Spaceman atau Angkasawan

Tujuan dan arti dari Nazca Lines tetap menjadi misteri saat ini, meskipun sejumlah teori telah dikemukakan. Beberapa hipotesis mengatakan bahwa mereka dimaksudkan untuk dilihat oleh dewa langit kebudayaan Nazca tersebut; yang lainnya menyarankan mereka mungkin memiliki tujuan astronomi. Bahkan ada beberapa orang yang menyarankan mereka dibangun untuk berkomunikasi dengan pengunjung asing atau alien.
Selengkapnya baca disini: Nazca Lines

Marree Man

Geoglyph yang mengesankan ini ditemukan di pedalaman Australia, menggambarkan seorang pria pribumi berburu burung atau walabi dengan melempar tongkat. Marree Man adalah geoglyph terbesar kedua di dunia. Baru ditemukan pada tahun 1998, peneliti telah menentukan bahwa geogyph ini diciptakan di zaman modern. Namun demikian, asal-usulnya, makna dan tujuannya dibuat tetap menjadi misteri. Pada saat penemuannya, hanya ada satu jalur masuk dan satu jalur keluar di situs tersebut, dan tidak ada jejak kaki atau tanda ban dapat ditemukan. Tidak ada yang mengaku bertanggung jawab telah menciptakan Marree Man.

Karya Nenek Moyang

Foto udara baru-baru ini telah mengungkapkan geoglyphs luas tersebar di seluruh Arab Saudi, Suriah dan Yordania menggambarkan array “roda” di antara motif lainnya. Dijuluki ” Karya dari Nenek Moyang” fitur ini diyakini oleh beberapa ilmuwan telah berusia beberapa ribu tahun, yang jika benar, tentu membuat mereka jauh lebih tua dari Nazca Lines yang lebih terkenal. Tidak ada kesepakatan pada dua pertanyaan kunci: Kapan mereka dibangun ? Dan mengapa?

Kuda Putih Uffington

Gambar pra sejarah yang sangat stylis di bukit ini, dijuluki Uffington White Horse. Terletaj di daerah Oxfordshire, Inggris. Para ilmuwan menyarankan fitur, yang terbentuk dari parit yang penuh dengan kapur putih tersebut, mungkin pertama kali diciptakan selama Zaman Perunggu antara 1200 SM dan 800 SM. Meskipun secara luas diyakini bahwa fitur ini menggambarkan kuda, ada beberapa yang mengklaim fitur ini lebih mirip sejenis kucing besar, yang tentu malah akan menambah misteri fitur ini, karena tidak ada kucing besar yang berkeliaran di Inggris.

Paracas Candelabra

Geoglyph menakjubkan ini dapat ditemukan pada sisi utara Semenanjung Paracas di Pisco Bay, Peru. Diyakini bahwa fitur ini dibuat sekitar 200 SM. Tujuan dan makna nya tidak diketahui, meskipun teori spekulatif berlimpah. Legenda setempat mengatakan bahwa itu merupakan penangkal petir atau pelayan dari dewa Viracocha, yang dipuja di seluruh Amerika Selatan. Tetapi yang lain telah menyarankan bahwa fitur ini dibangun sebagai tanda untuk pelaut, atau bahkan sebagai representasi simbolis dari tanaman halusinogen yang disebut Jimson gulma.

Blythe Intaglios

Intaglios (geoglyphs antropomorfik) yang luar biasa ini ditemukan di dekat Blythe, California, di gurun Colorado, sepanjang Sungai Colorado. Dibuat hanya dengan mengerik lapisan batuan gelap untuk mengungkapkan batuan yang lebih terang di bawahnya. Gambar tetap terawetkan selama ribuan tahun berkat keringnya wilayah tersebut. Fitur yang diciptakan oleh indian Mojave dan Quechan sekitar tahun 1000 M, baru ditemukan tahun 1932, ketika seorang pilot kebetulan melihat ke bawah dan melihatnya.

Geoglyphs Amazon

Sejak 1970-an, deforestasi telah menyingkapkan jaringan kompleks geoglyphs kuno misterius di cekungan Amazon, mungkin dibangun oleh peradaban Pra -Columbus yang hilang. Jika benar, maka ini dapat mengubah buku-buku sejarah tentang budaya kuno dan kepadatan penduduk prasejarah Amerika Selatan.

Cerne Abbas Giant

Tidak seperti banyak geoglyphs lain yang disebutkan dalam daftar ini, Cerne Abbas Giant, yang terletak dekat desa Cerne Abbas di Dorset, Inggris, bukan ciptaan budaya kuno. Geoglyph ini baru dibuat abad ke-17. Meski demikian, tujuan pembuatan dan maknanya tetap diselimuti misteri. Figur ini paling terkenal karena menggambarkan seorang pria raksasa dengan penis yang sedang ereksi. Dijulukit “Lingga Inggris yang paling terkenal” dan telah menjadi daya tarik wisata yang populer.

Geoglyph Rusia

Geoglyph misterius yang menggambarkan seekor Elk atau Moose (sejenis rusa) ini, ditemukan di lereng Pegunungan Zyuratkul di wilayah Chelyabinsk di Rusia dan mungkin adalah geoglyph tertua yang ditemukan sejauh ini. Alat-alat batu yang ditemukan bersama fitur telah bertanggal kembali ke periode Neolitik atau Chalcolithic antara 4000 dan 2000 SM, dan kemungkinan dibangun oleh “budaya megalitik” kuno.

Raksasa Atacama

Pada ketinggian 119 meter, Raksasa Atacama adalah sosok antropomorfik prasejarah terbesar di dunia. Terletak di Gurun Atacama, Chile dan diyakini untuk mewakili dewa bagi penduduk lokal yang menciptakannya antara tahun 1000 dan 1400 M. Tetapi fitur ini juga telah menjadi subyek dari teori liar tentang maknanya yang melibatkan dugaan tentang kunjungan alien.

Misteri Peri-Peri yang Tertangkap Kamera

Keberadaan peri telah lama ditolak dan mengundurkan diri ke dunia buku anak-anak dan film Disney. Namun dosen Manchester Metropolitan University, John Hyatt. mengklaim bahwa ia sekarang memiliki bukti bahwa makhluk itu adalah nyata dan berada di Rossendale Loire.
Dan seperti yang dikutip dari versesofuniverse.blogspot.com, saat ini John sedang berusaha untuk meyakinkan lebih banyak lagi orang dewasa untuk percaya mahluk dongeng ini ada.
John Hyatt, Direktur Lembaga Penelitian dan Inovasi dalam Seni dan Desain (miriad) di Manchester Metropolitan University mengambil gambar mengenai apa yang dia klaim adalah makhluk bersayap kecil saat dia sedang memotret lanskap Lancashire selama dua tahun terakhir. Dan dia kini telah memajang foto-fotonya pada sebuah pameran khusus.
John, 53 th, yang merupakan mantan personel band aliran punk “Three Johns” pada 1980-an dan 1990-an menegaskan bahwa foto-fotonya asli dan tidak pernah direkayasa dengan cara apapun. Dan dia mengatakan bahwa orang dewasa yang telah melihat foto-fotonya telah mulai menerima gagasan bahwa peri mungkin memang nyata.

John mengatakan bahwa saat itu ia pergi mengambil gambar lalat dan serangga dan ternyata serangga yang terlihat tidak terlihat sama seperti serangga biasanya.
“Biarlah orang-orang memutuskan sendiri apa yang mereka lihat di foto-foto ini. Saya hanya berpesan kepada orang-orang yang melihatnya agar mereka melihat dengan pikiran terbuka”, ucap John.
John, yang tinggal Rawtenstall, telah memposting beberapa fotonya nya di media sosial dan mengatakan foto-foto itu telah memunculkan banyak perdebatan.
Pameran, yang disebut Rossendale Fairies, dipamerkan di Museum Whitaker di Taman Whitaker di Rossendale, sepanjang musim semi.

John mengatakan bahwa keberadaan peri memang telah dinodai oleh sebuah peristiwa pemalsuan terkenal yaitu peri Cottingley, dimana dua siswi di Bradford mengaku telah memfoto peri di kebun mereka, yang akhirnya 60 tahun kemudian mereka akui bahwa itu hanyalah peri yang mereka buat dari potongan-potongan kardus.
Namun John mengakui bahwa makhluk yang dia ambil gambarnya, karakter mereka tidak sama dengan yang digambarkan dalam cerita anak-anak dan berharap gambar-gambarnya akan mengubah persepsi orang tentang peri.
“Saya tidak percaya bahwa mereka adalah versi yang lebih kecil dari kita dan pulang ke rumah dan memiliki secangkir teh di akhir hari. Atau mereka memiliki kekuatan istimewa. Dari pengalaman saya mereka hanya menikmati diri mereka sendiri dan ada mereka kadang melakukan tarian di bawah sinar. Mereka adalah gambaran yang indah dan keindahan dapat membuat orang-orang percaya”, tegas John.
Kemudian setelah beberapa hari John memosting foto-fotonya, dia segera dibanjiri kiriman foto-foto peri yang dikirim oleh para pengamat peri dari lebih dari 15 negara.


Foto dari Mario Guinazo, Argentina

John tersentuh oleh pesan-pesan yang mendukungnya dan foto-foto yang diambil di Argentina, Finlandia dan Perancis, dari orang lain yang juga mengklaim telah menemukan makhluk mistis kecil tersebut.
“Banyak yang mengirimi saya foto-foto dan cerita pertemuan mereka dengan peri mereka. Para orang tua dari seluruh dunia telah mengucapkan terima kasih atas nama anak-anak mereka dan diri mereka sendiri. Ini lebih besar dari sentuhan magis. Saya pikir adalah sepenuhnya tepat bahwa keindahan bentuk artistik memungkinkan orang untuk membuka dunia mereka dan melihat dengan mata yang lebih segar. ”

Foto ini diambil di pompa udara dari mangkuk ikan mas milik John Hyatt

Jika Ikan Hidup di Darat, Akankah Dia Belajar Berjalan

Memelihara ikan di lingkungan darat ibarat mimpi siang bolong. Namun, tidak demikian untuk tiga peneliti dari McGill University.
Mereka justru melakukannya guna mengungkap perubahan perilaku dan fisiologis ikan. Ini penting untuk membuktikan salah satu teori dalam evolusi yang menyebutkan bahwa hewan darat mulanya adalah hewan laut yang bermigrasi dan berevolusi sejak 400 juta tahun lalu, seperti yang dikutip dari kompas.com.
“Saya biasa melihat sirip ikan dan gerakannya, dan berpikir bahwa itu sangat menarik dan kompleks,” kata Emily Standen, penulis utama dalam laporan penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature, Rabu (27/8/2014).
“Lantas saya berpikir, wow, bagaimana sebuah organ berubah dari sirip menjadi sesuatu yang bisa bekerja di daratan? Itulah yang membuat proyek penelitian ini dimulai,” urai peneliti yang sekarang bekerja di University of Ottawa tersebut.
Standen dan rekannya lalu mengambil 111 sampel Polypterus senegalus, spesies ikan yang berjalan, dengan nama umum senegal bichir atau “belut dinosaurus”.
Sejumlah P senegalus itu dipelihara dalam lingkungan daratan. Lingkungan pemeliharaan terdiri dari kerikil dengan lantai jala dan air setinggi 3 milimeter untuk mencegah ikan mengalami kekeringan.
Sebagai perbandingan, peneliti juga mengobservasi 38 sampel ikan yang dibiarkan hidup di air.
Belut dinosaurus ini punya insang sekaligus paru-paru. Mereka bisa bernapas di darat. Kadang, mereka juga berjalan dari satu kolam ke kolam lain bila air kering. Namun, mereka tak melakukannya dengan sengaja.
Setelah memelihara selama sembilan bulan, peneliti kemudian menganalisis gerakannya. Mereka mengamati 20 ikan yang dibesarkan di darat dan 10 yang dibesarkan di air. Peneliti juga mengamati perubahan rangka ikan.
Terungkap, ikan yang dipelihara di lingkungan darat mengalami perubahan cara berjalan.
“Ikan yang dipelihara di darat bergerak dengan lebih efektif. Mereka meletakkan kakinya lebih dekat ke bagian tengah, mereka mengangkat kepalanya ke atas lebih tinggi, dan lebih jarang tergelincir,” urai Standen seperti dikutip The Verge, Rabu (27/8/2014).


Yang mengejutkan, perilaku bukan satu-satunya hal yang berubah. Tulang yang mendukung gerakan sirip juga mengalami perubahan bentuk. Sementara itu, bagian tulang selangka memanjang. Perubahan terjadi untuk mendukung kepala dan sirip bergerak lebih leluasa.
“Ini perubahan yang penting,” kata Standen.
Hewan yang hidup di darat membutuhkan leher dan gerakan kepala yang lebih leluasa, lebih independen dalam gerakan tubuh.
Studi ini memang memiliki kelemahan. Salah satunya, belut dinosaurus memang memiliki kekerabatan dengan Eusthenopteron, hewan laut pertama yang berjalan di daratan. Namun, secara umum, riset ini berhasil memberikan gambaran tentang proses evolusi jutaan tahun lalu.

Misteri Batu Berlayar di Death Valley Terungkap!

Para saksi pertama terungkapnya misteri alam yang telah lama membingungkan ini adalah seorang insinyur, ahli biologi dan ilmuwan planet yang bertemu di stasiun cuaca terpencil.
Seperti yang dikutip dari Alam Mengembang Jadi Guru, kelompok yang aneh ini telah merekam video pertama dari batu berlayar di Death Valley yang merayap di Racetrack Playa. Telah seabad, batu-batu disini memiliki alur-alur anggun yang panjang yang berubah minimal tiap satu dekade, yang membingungkan pengunjung dan ilmuwan. Batu-batu dolomit hitam ini bergerak sendiri, meluncur di seluruh playa yang datar. Alur-alur mereka adalah satu-satunya bukti bahwa batu-batu tersebut bergerak. Tak seorang pun pernah melihat mereka berlayar.
Banyak teori telah dikemukakan untuk untuk menjelaskan fenomena ini mulai dari medan magnet bumi, angin kencang hingga ganggang licin. Sekarang, dengan adanya bukti langsung yang berupa rekaman video, foto-foto timelapse dan pelacakan GPS dari batu-batuan yang bergerak di Racetrack Playa ini, misteri akhirnya terungkap!
Piringan es tipis bergerigi, menyerupai kepingan dan lempengan kaca pecah, mem’buldozer’ batu-batu di seluruh playa, ungkap para ilmuwan rabu (27 Agustus 2014) dalam jurnal PLoS One. Didorong oleh angin lembut, batu batu meluncur di atas lumpur basah.

“Ini adalah fenomena yang indah,” kata pemimpin penulis studi Richard Norris. “kolam seperti ini langka di Death Valley, dan mungkin satu dekade antara hujan yang cukup besar atau salju untuk membuat kolam besar,” kata Norris, seorang ahli sejarah biologi di Scripps Institution of Oceanography di San Diego, California.
Racetrack Playa adalah danau kering sepanjang 4,5 kilometer, hampir rata dan dikotori dengan beberapa ratus batu. Beberapa sekecil bola, tapi batu-batu lainnya bisa seberat 317 kilogram. Bahkan batu terbesar meninggalkan jejak alur panjang di belakang mereka.
Beberapa alur jejak cukup pendek; beberapa membentang dua kali panjang lapangan sepak bola. Yang lainnya zig zag cukup tajam, menunjukkan perubahan arah yang cepat.
Playa sesekali banjir di musim dingin, dari hujan atau salju yang mencair. Terletak di ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut dan dikelilingi oleh pegunungan, suhu malam hari bisa turun di bawah titik beku, sehingga air danau yang dangkal mejadi lapisan tipis es yang cukup padat.

Kombinasi langka air dan es bergabung untuk memindahkan batu-batu, kata para peneliti. Danau Playa harus cukup dalam untuk es mengambang, tapi cukup dangkal agar batu-batu terekspos. Permukaan es harus tipis, namun cukup kuat untuk pecah menjadi kepingan besar yang bisa mengganggu batu-batu. Akhirnya, malam pembekuan perlu diikuti oleh hari-hari cerah dengan angin lembut, yang membuat es retak di sepanjang danau.
Serangkaian badai musim dingin yang basah menciptakan kondisi sempurna dari Desember 2013 sampai Februari 2014. Ratusan batuan berlari di Racetrack Playa lima kali dalam 10 minggu.
“Pada dasarnya, batu-batu bergerak selama sekitar satu menit dalam jutaan menit,” kata Lorenz. “Anda harus berada di sana pada waktu yang tepat, dan waktu yang tepat umumnya adalah saat cuaca paling ramah untuk berada di sana.”
Mencapai Racetrack Playa membutuhkan tenaga ekstra karena naik turunnya jalan kerikil sepanjang 28 mil. Keterpencilan tidak pernah menghalangi siapa pun yang terobsesi memecahkan teka-teki batu berlayar. Percobaan pertama di sini dimulai pada 1940-an dan tidak pernah berhenti.
Beberapa tahun yang lalu, dua orang sepupu dari California memutuskan untuk misteri Racetrack Playa. Richard Norris adalah ahli biologi dan Jim Norris adalah insinyur. Mereka mendapat izin dari National Park Service untuk memasang peralatan dan sensor di Racetrack Playa.
Pada musim dingin tahun 2011, dengan bantuan keluarga dan teman-teman, keluarga Norris menempatkan 15 batu impor yang dipasang pelacak gerak GPS ke Racetrack Playa. (PihakPark Service tidak ingin batu-batu alam diganggu. Mereka juga memasang stasiun cuaca untuk melacak hembusan angin.
Mereka menunggu batu untuk bergerak, tapi tidak pernah ada air saat itu.
Dua tahun kemudian, Lorenz, ilmuwan planet, melihat stasiun cuaca dan kemudian bertemu dengan tim Norris. – mereka memiliki kecocokan, kemudiani memutuskan untuk bergabung.
Lorenz telah menyelidiki batu berlayar sejak tahun 2006 lalu datang ke Death Valley untuk mempelajari dust debu sebagai analog untuk kondisi di Mars, tetapi ia juga menjadi takjub dengan Racetrack Playa.
Pada Desember 2013, tim tersebut mendapat keberuntungan. Mereka melihat playa itu dipercantik dengan air setinggi 7 cm. Setelah semalam, kolam membeku dan ketika matahari terbit keesokan harinya maka es pun retak menjadi kepingan-kepingan dan sebagian mencair. Lembaran tipis es mengapung di air terdorong oleh angin lembut dan mendesak dan membawa batu-batu yang akhirnya juga bergerak perlahan diatas dasar yang licin dan basah. Itu semua tertangkap kamera.
Ratusan batuan yang bergerak, kata Norris. “Es berderak dan meletup sehingga membuat suara gaduh di seluruh playa tersebut.”
Beberapa batu bergerak bersama-sama, meskipun mereka terpisah ratusan kaki, sementara yang lain bergerak secara independen. Batuan merayap dengan laju beberapa inci per detik (2-6 meter per menit), didorong oleh angin yang berkecepatan sekitar 10 mph (16 km/jam). Merayap nyaris tidak bisa dideteksi di kejauhan.
Batu-batu bergerak hingga lebih dari 200 kaki (60 m) dan tetap bergerak selama beberapa detik sampai 16 menit. Mereka akan sering bergerak lebih dari sekali sebelum mencapai tempat peristirahatan terakhir mereka.
Menemukan diri mereka pada akhir sebuah teka-teki, baik Norris maupun Lorenz mengatakan mereka yakin penyelidikan mereka itu belum berakhir. Misalnya, tidak ada yang pernah melihat batu-batu raksasa di playa bergerak satu inci, sehingga proses lain mungkin bekerja pada bebatuan terbesar.
“Saya tahu ada orang yang suka misteri ini dan mungkin akan sedikit kecewa bahwa kami sudah pecahkan,” kata Norris. “Ini adalah proses yang menarik, dan dalam banyak hal Saya berharap bahwa ada lebih banyak lagi yang akan ditemukan.”

Selasa, 26 Agustus 2014

Lolong – Buaya Terbesar di Dunia



Inilah Lolong, buaya terbesar di dunia! Tertangkap di Bunawan di Filipina, Buaya air asin raksasa ini panjangnya 6,17 meter dengan berat 1.075 kg, atau satu ton lebih! Hal ini membuat Lolong 2 kaki lebih panjang dari buaya pemegang rekor sebelumnya, meskipun diperkirakan bahwa buaya air asin dapat tumbuh hingga 7 meter.
Seperti yang dikutip dari Alam Mengembang Jadi Guru, buaya raksasa ini ditangkap pada bulan september 2011 yang lalu oleh tim pemberani di Filipina selatan. Lolong, diyakini berusia lebih dari 50 tahun saat ditangkap. Tiga puluh orang telah menghabiskan tiga minggu mencoba untuk menangkap reptil besar ini sebelum akhirnya terjerat pada bulan September 2011 menggunakan babi mati sebagai umpan dan kabel baja di atasnya seperti di kutip dari terselubung.in
Sebuah traktor dibutuhkan untuk mengangkut buaya ini ke trailer yang membawanya ke taman wisata kota untuk dipelihara dan dijadikan tontonan – tetapi sebelumnya, penduduk lokal yang telah berkerumun menyempatkan diri untuk berpose di sekitar buaya. Sejak itu, Lolong telah menjadi daya tarik di taman wisata dan dewan kota dengan gembira mengumumkan bahwa kota kecil mereka akhirnya ada di peta dunia.




Pada tahun 2012, Lolong secara resmi dinyatakan sebagai buaya terbesar yang pernah tertangkap, oleh panitia Guinness World Records. Namun pada bulan februari 2013, Lolong buaya air asin terbesar di penangkaran telah meninggal di kandangnya di provinsi Agusan Bunawan Del Sur, Filipina selatan. Pemerintah setempat dan penduduk lokal sangat sedih karena kehilangan ini. Lolong membuat kota mereka dikunjungi oleh banyak turis sepanjang tahun 2012.
Sebenarnya, ada seekor buaya air asin yang lebih besar dari Lolong pernah ditemukan di Filipina dua abad yang lalu. Pada tahun 1823, seekor buaya air asin besar tewas di dekat kota Jalajala di Laguna de Bay. Buaya ini hampir 8 meter diukur dari ujung moncong ke ujung ekornya.
Dengan beratnya sekitar 2 ton, buaya raksasa ini dikatakan seberat kuda nil banteng. Diperlukan 40 orang laki-laki untuk membawa tubuhnya ke darat. Setelah dibedah, orang-orang terkejut karena menemukan tubuh kuda dalam 7 potongan.


Fakta menarik tentang buaya air asin
Lolong dan ‘kakek’ nya membuktikan bahwa ekosistem Filipina juga kaya dengan makhluk luar biasa. Buaya air asin yang nama Ilmiahnya adalah Crocodylus porosus, saat ini terancam punah di Filipina akibat perburuan tak tahu malu dari warga kota setempat. Mereka pada dasarnya berbeda dari buaya air tawar (Crocodylus mindorensis), yang lebih kecil dalam ukuran, dan spesies aligator yang tidak ada di Filipina .
Rata-rata, buaya air asin berukuran antara enam hingga tujuh meter. Buaya ini menghabiskan sebagian besar waktu mereka berjemur di bawah sinar matahari atau berenang di dalam air. Sebagai bagian dari ekosistem, buaya air asin juga membantu dalam daur ulang nutrisi. Kotoran mereka menambah nilai air dan memberikan makhluk laut lainnya, pasokan makanan yang berkelanjutan .
Buaya air asin juga telah memainkan peranan utama dalam sejarah Filipina dan cerita rakyat. Dalam novel Noli Me Tangere, karya Rizal, mereka digambarkan sebagai monster laut ganas yang dapat menjungkirkan perahu hanya dengan kibasan ekor mereka.
Pemburu buaya setempat juga percaya bahwa hewan ini berfungsi sebagai tempat bersemayam roh leluhur. Bagi mereka, sifat buaya air asin dapat ditentukan dengan melihat warna mereka. Buaya hitam biasanya tempat bersemayam roh jahat, yang putih biasanya mempesona dan pertanda keberuntungan, sedangkan varietas hijau, kuning , dan merah adalah roh tengah.

Misteri Rumah Kanthil Kotagede

Rumah Kanthil atau sering disebut Omah Kanthil oleh kebanyakan warga Kotagede adalah rumah kosong yang menjadi dikenal oleh wisatawan lokal maupun mancanegara setelah on air dalam acara uji nyali “Dunia Lain” di Trans TV.
Seperti yang dikutip dari wisatamistisjogja.blogspot.com, saat kita menyusuri jalan Modorakan Kotagede, yaitu arah dari pasar Kotagede ke barat, kita akan melihat sebuah pintu kuno di sebelah kanan jalan kurang lebih 200 meter setelah kita beranjak dari Pasar Kotagede. Pintu di sisi utara Jalan Mondorakan itu dari luar hanya tampak seperti pintu garasi dari kayu yang sudah usang. Tidak tampak ada yang menarik dari pintu itu, apa lagi yang berada di balik pintu itu kira-kira. Pintu kayu lapuk tersebut terdiri dari dua daun pintu yang masing-masing lebarnya sekitar dua meter, cukup besar memang. Pada salah satu daun pintu terdapat sebuah pintu kecil, sehingga tepat jika disebut dengan pintu yang berpintu. Pintu itulah yang digunakan sebagai jalan keluar masuk ketika pintu utama ditutup.
Jika kita mencoba masuk, selepas dari pintu besar tadi terbentang jalan tanah selebar sekitar empat meter yang dibatasi oleh dinding bangunan di kedua sisinya. Jalan itu tidak panjang, sekitar lima belas meter saja, dan di ujungnya telah menanti dengan angkuhnya sebuah menara penerima/penerus sinyal salah satu operator telepon seluler berikut pagar kelilingnya yang begitu masif. Dari ujung jalan ini, untuk terus menuju ke utara harus terlebih dahulu mengitari pagar menara itu. Tepat di sisi utara pagar menara berdiri sebuah rumah tua yang jelas tidak lagi ditinggali.
Rumah tua itu saat ini letaknya memang sudah sangat terbuka. Di samping dan belakangnya langsung berbatasan dengan rumah penduduk, selain bagian depan rumah yang telah berubah menjadi menara tadi (menara itu menempati lahan bekas pendapa rumah tua itu). Namun begitu, terasa nuansa yang lain ketika mencoba mendekati rumah tua itu, apa lagi mencoba masuk ke dalamnya. Memang, menurut warga Kota Gede, rumah yang dikenal dengan nama Rumah Kanthil itu ada “penunggunya” yang dikenal dengan nama Barowo. Keangkeran rumah tua itu sudah begitu dikenal oleh warga kawasan yang sudah sangat akrab dengan organisasi Islam besar bernama Muhammadiyah itu.
Sejak sekitar hampir 5 tahun yang lalu Rumah Kanthil ini semakin populer, tidak hanya di kalangan warga Kota Gede saja, tetapi juga warga Yogyakarta pada umumnya, bahkan kota-kota lain di Jawa. Menariknya, menurut M. Natsir dari Yayasan Kanthil Kotagede, sempat ada rombongan dari luar kota Yogyakarta yang datang ke Kotagede mencarter bus wisata hanya untuk mencari Rumah Kanthil ini. Hal ini tidak lepas dari peristiwa ketika Rumah Kanthil dipakai sebagai lokasi pengambilan gambar acara reality show yang populer dengan uji nyalinya, yaitu “Dunia Lain” yang ditukangi oleh Trans TV. Tak ayal lagi, banyak orang yang semakin penasaran dengan Rumah Kanthil. Kedatangan rombongan “turis” tadi menjadi salah satu dampak nyatanya.

Sejarah Omah Kanthil
Kawasan Kanthil berada sekitar 230 meter di barat laut Pasar Kotagede. Persisnya di RT 49, RW 10 Kampung Trunojayan. Nama Kanthil diambil dari nama pohon kanthil (Michelia champaka) yang pernah tumbuh di sana. Pohon kanthil ini tumbuh besar, sehingga banyak dikeramatkan orang. Di dekat pohon kanthil, ada sebuah lumpang dari batu hitam. Sama seperti pohon kanthil, lumpang itu pun dikeramatkan warga. Ada yang percaya, orang yang kakinya lumpuh jika dimandikan di lumpang tersebut bakalan bisa sembuh.
Pemilik Rumah Kanthil adalah Karto Jalal, atau sebagian warga lebih mengenalnya dengan Karto Kanthil. Ia adalah seorang saudagar kaya di Kotagede. Usaha yang digelutinya adalah batik. Ketika batik Kotagede mengalami masa keemasan di tahun 1940-1960, Karto Kanthil pun mendulang untung. Kala itu, harga jarik amat mahal. Orang rela menukarkan tanahnya yang seluas ratusan meter dengan dua atau tiga potong kain jarik. Tak heran, rumah dan tanah Karto Kanthil pun terserak di segala pelosok Kotagede.
Kalau Karto Kanthil mempunyai hajatan menikahkan anaknya, pestanya tujuh hari tujuh malam. Pengantinnya diarak keliling Pasar Kotagede. Pengantin laki-lakinya mengendarai kuda. Pengantin perempuannya naik tandu hias yang dipikul empat orang lelaki. Keluarga yang lain mengendarai kereta kuda hias. Sedangkan anak-anak yang mengiringi naik kremun (tandu kecil), di belakangnya barisan umbul-umbul, rontek bertugas sebagai pramuladi pun pria-pria pilihan, gagah-gagah berkulit kuning langsat. Pemuda-pemuda itu diambil dari kampung-kampung di Kotagede yang tergabung dalam paguyuban Susilo Mudho.
Setelah tahun 1960, usaha batik di Kotagede surut drastis, termasuk juga usaha milik Karto Kanthil. Beberapa puluh tahun kemudian, tanah-tanah Karto Kanthil satu demi satu dijual oleh ahli warisnya. Malah, untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, tak jarang ahli waris menjual murah barang-barang yang masih tersisa, seperti tempat tidur besi, tanggem, daun jendela, dandang, soblok, almari, dan aneka barang remeh temeh lainnya.
Di sekitar tahun 1990 an, salah seorang menantu Karto Kantil pernah mengeluh, bahwa beberapa tanah miliknya telah dipakai oleh pemerintah tanpa seijin dirinya. Malah, di tanah yang menurut menantu tersebut adalah miliknya, telah didirikan bangunan gedung kantor pemerintah. Salah satunya adalah Balai Diklat PU di timur jembatan Winong, Kotagede. Menantu Karto Kantil tersebut mengaku pernah mengurusnya, namun karena tiadanya bukti legal formal tertulis, sang menantu tersebut akhirnya kalah.
Sebagai ruang publik, tak banyak jejak yang bisa dilacak dari pendapa Kanthil. Selain pernah menjadi tempat ibadah sholat tarawih pengajian anak-anak Komariyah Masjid Perak, pendapa Kanthil jarang sekali dimanfaatkan untuk kepentingan publik.
Nasib tragis pendapa Kanthil punya kisah tersendiri. Waktu itu di tahun 1990-an, seorang menantu dari Karto Kanthil sedang punya hajat menjual pohon mangga. Karena tukang tebangnya kurang perhitungan, ranting besar pohon itu menimpa pendapa Kanthil yang ada di dekatnya. Akibatnya, pendapa Kanthil pun miring. Karena tidak punya biaya untuk mengembalikan pendapa seperti semula, pendapa Kanthil itu dibiarkan miring dalam waktu yang lama. Keadaan ini diterkam makelar pendapa. Benar saja. Tak sampai hitungan tahun, pendapa Kanthil pun tercerabut dari tempatnya.
Kini, kawasan Kanthil telah sangat berubah. Rumah tanpa induk semang itu sedang menunggu kehancurannya. Kelabang, cacing, kalajengking, dan dhemit kini tinggal di sana. Karena dikenal angker, Rumah Kanthil pun pernah dipakai sebagai lokasi pengambilan gambar acara “Dunia Lain”, yang ditayangkan oleh sebuah televisi swasta nasional.

Misteri Insiden Dyatlov

55 tahun yang lalu di bulan februari, bagian utara Ural menjadi tuan rumah bagi salah satu misteri yang belum terpecahkan hingga saat ini. Misteri tersebut adalah apa yang dikenal oleh masarakat luas sebagai Dyatlov Pass Incident, yang biasanya hanya dijelaskan: Dari sepuluh pendaki yang melakukan pendakian, sembilan tewas di tengah perjalanan yang sulit dan dalam kondisi suhu yang mencapai -30 derajat Celcius. Dan inilah kisahnya seperti yang dikutip dari versesofuniverse.blogspot.comTapi rincian peristiwa tersebut, yang sebagian besar didasarkan pada buku harian mereka yang terlibat mencari para korban serta catatan dari para peneliti Soviet, sungguh-sungguh mengerikan: Pada malam tanggal 2 Februari 1959, para pendaki ini tampaknya merobek tenda mereka dari dalam, dan bergerak ke area pepohonan tanpa mengenakan apa-apa kecuali apa yang mereka kenakan saat mereka berangkat tidur.
Tiga minggu kemudian, lima mayat ditemukan oleh tim pencari, ratusan meter menuruni lereng dari kamp di mana para korban bermalam. Butuh waktu dua bulan lagi bagi para pencari ​​untuk menemukan empat mayat lainnya, yang anehnya, sebagian dari mereka memakai pakaian milik teman mereka yang mayatnya telah ditemukan sebelumnya. Setelah diselidiki lebih lanjut, pakaian tersebut terkena radiasi tingkat tinggi. Disamping trauma internal yang berat, termasuk tengkorak retak dan patah tulang rusuk, yang diderita oleh beberapa anggota pendaki itu, penyelidik Rusia (sovyet saat itu) melaporkan bahwa mereka tidak bisa menemukan bukti tindak pidana dan dengan cepat menutup kasus ini.
Kelompok pendaki ini terdiri dari mahasiswa dan alumni dari Ural State Technical University, yang semuanya berpengalaman dalam ekspedisi ke pedalaman. Ekspedisi yang dipimpin oleh Igor Dyatlov (23 tahun) ini, dimaksudkan untuk mengeksplorasi lereng gunung Otorten di bagian utara dari pegunungan Ural, dan mereka berangkat pada tanggal 28 Januari 1959. Yury Yudin (satu-satunya anggota ekspedisi yang selamat) jatuh sakit sebelum mereka berhasil sepenuhnya masuk ke pedalaman, dan tetap tinggal di desa yang paling akhir mereka lalui. Sembilan lainnya melanjutkan perjalanan mereka dengan berjalan kaki dan sesuai dengan foto-foto yang ditemukan oleh tim pencari, kelompok Dyatlov ini mendirikan tenda di sore hari tanggal 2 Februari di lereng gunung Ortoten.


Yuri Yudin, tengah, dipeluk oleh Lyudmila Dubinina saat ia bersiap untuk meninggalkan Yuri karena sakit. Ini justru menyelamatkan Yuri dari kematian

Gunung yang dikenal masarakat lokal, suku Mansi, sebagai Kholat Syakhl, yang sebenarnya memiliki arti “Gunung kematian”. Keputusan para pendaki untuk berkemah di lereng gunung dianggap tidak masuk akal. Kelompok ini dilaporkan hanya sekitar satu mil dari pepohonan, di mana mereka bisa menemukan setidaknya sedikit perlindungan dalam kondisi dibawah nol celcius. Mereka tampaknya tidak ingin membuang waktu, dan mendirikan tenda di lereng gunung daripada di dalam hutan yang berada lebih dibawah.
“Dyatlov mungkin tidak ingin kehilangan waktu mereka yang terbatas, atau ia memutuskan untuk berlatih berkemah di lereng gunung”, kata Yudin kepada St Petersburg Times pada tahun 2008.


Para pendaki mendirikan tenda pada 2 Februari 1959 dalam foto yang diambil dari satu rol film yang ditemukan oleh penyidik

Pendirian tenda tersebut adalah pendirian tenda terakhir mereka.. Dyatlov sebelumnya mengatakan bahwa tim nya direncanakan akan kembali pada tanggal 12 Februari tahun itu, tetapi juga mengatakan bahwa tim nya mungkin memakan waktu lebih lama dari yang direncanakan. Setelah dirasa cukup lama tidak ada kabar berita dari tim tersebut maka sekitar tanggal 20 Februari tim pencari pun dikirim untuk mencari mereka dan pada tanggal 26 Februari, bekas tenda mereka ditemukan oleh tim relawan pencarian dan penyelamatan (tim SAR), masih dipenuhi dengan semua pakaian, seluruh peralatan yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup selama sisa perjalanan.


Tenda para pendaki setelah tim penyelamat menemukannya pada tanggal 26 Februari 1959. Ditemukan telah dibuka paksa dari dalam

Ketika penyelidik resmi tiba, mereka mencatat bahwa tenda telah dirobek dari dalam, dan menemukan jejak-jejak kaki dari delapan atau sembilan orang meninggalkan tenda yang mengarah ke lereng bawah ke arah pepohonan. Menurut penyelidik, sepatu dan peralatan para pendaki tertinggal, dan jejak kaki mereka mengisaratkan beberapa orang bertelanjang kaki atau tidak memakai apa-apa kecuali kaus kaki. Dengan kata lain, mereka semua tergesa-gesa keluar dari tenda mereka dan berlari melalui salju yang sedalam lutut. Anehnya ada tidak ada bukti orang lain atau permainan kotor diantara para pendaki.
Dua mayat pertama ditemukan di pepohonan, di bawah pohon pinus besar. Ingat bahwa pepohonan ini sekitar satu mil jauhnya dari tenda mereka; penyelidik menulis bahwa jejak kaki menghilang sekitar sepertiga jalan menuju ke tempat dua mayat ini, meskipun hal ini bisa saja karena cuaca dalam tiga minggu yang dibutuhkan untuk penyidik ​​tiba. Dua mayat ini hanya mengenakan pakaian dalam mereka, dan keduanya bertelanjang kaki. Menurut laporan, cabang-cabang yang patah di pohon tersebut, menunjukkan ada orang yang mencoba untuk memanjatnya. Sisa-sisa api tergeletak di dekatnya.
Tiga mayat lagi, yang salah satunya adalah Dyatlov, ditemukan tercecer di tempat-tempat antara tenda dan pohon pinus besar tersebut, dan terbaring seolah-olah mereka ingin kembali ke tenda. Salah satunya, Rustem Slobodin, tengkoraknya retak, meskipun dokter menyatakan itu non-fatal, dan investigasi kriminal ditutup setelah dokter memutuskan kelimanya meninggal karena hipotermia.
Dua bulan berlalu sampai empat mayat yang tersisa ditemukan terkubur di bawah salju setebal 4 meter di sebuah liang beberapa ratus kaki di bawah lereng dekat pohon pinus besar tersebut diatas. Dibandingkan lima mayat yang telah ditemukan sebelumnya, kondisi empat mayat ini lebih mengerikan. Keempatnya mengalami kematian traumatis, meskipun tidak ada penampilan trauma luar atau luka luar. Pertama, Nicolas Thibeaux dan Brignollel tengkoraknya retak. Alexander Zolotariov dan Ludmila Dubinina ditemukan dengan lidah dan mata mereka hilang serta tulang rusuk mereka hancur.

Ada kemungkinan bahwa empat orang ini mencari bantuan dan kemudian mereka jatuh ke liang. Tapi itu tidak menjelaskan lidah dana mata Dubinina dan Zolotariov yang hilang. Beberapa orang pada saat itu berpendapat para pendaki ini telah diserang oleh suku Mansi, namun laporan koroner pada saat itu menyatakan bahwa untuk membuat trauma seperti yang ditemukan pada korban, dibutuhkan kekuatan lebih besar dari kekuatan manusia, terutama mengingat tidak ada trauma luar yang menyertainya.
“Itu sama dengan efek dari kecelakaan mobil”, kata Boris Vozrozhdenny, salah satu dokter pada kasus ini, menurut dokumen yang dibuka kembali oleh Times.
Dan anehnya lagi, empat mayat yang ditemukan terakhir ini memakai pakaian/peralatan lebih lengkap daripada lima mayat yang ditemukan sebelumnya. Jadi tampaknya mereka telah mengambil pakaian dari teman mereka yang mungkin telah mati lebih dahulu dari mereka, dan kemudian melanjutkan perjalanan tanpa tujuan mereka. Zolotariov, misalnya, ditemukan mengenakan mantel dan topi Dubinina, sedangkan Dubinina sendiri kakinya dililit potongan celana wol dari yang dipakai temannya yang mayatnya ditemukan di pohon pinus. Untuk menambah misteri, pakaian-pakaian yang dikenakan oleh keempat orang ini mengandung radioaktif.
Radioaktivitas yang ditemukan pada pakaian memang sulit untuk dijelaskan, tapi selebihnya, kasus ini dapat dijelaskan dengan penjelasan yang lebih masuk akal daripada penjelasan yang melibatkan alien atau percobaan nuklir pada orang yang sering dikaitkan pada peristiwa ini. Penjelasan yang paling mungkin adalah longsoran salju atau avalanche menimpa tenda mereka dan mengubur mereka dalam longsoran salju. Ini akan menjelaskan mengapa tenda dirobek dari dalam dan sangat mungkin beberapa pendaki mendapat trauma akibat longsoran. Dan kemungkinan para pendaki terkubur lumayan lama sebelum mereka berhasil keluar sendiri dan itulah yang mungkin menyebabkan beberapa dari mereka mengalami hipotermia, dan mungkin delirium. Hipotermia yang mereka alami inilah yang mungkin menyebabkan mengapa lima mayat dari mereka berada di berbagai tempat antara tenda dan pohon pinus besar. Pertanyaannya adalah: Mengapa 4 orang lainnya tidak kembali ke tenda untuk mengambil peralatan yang diperlukan?


Avalanche

Sekali lagi, tanpa memperhitungkan adanya radioaktivitas yang ditemukan, skenario diatas adalah yang paling masuk akal.
Namun radioaktivitas yang ditemukan benar-benar aneh, seperti penyelidikan itu sendiri. Dokumen yang berkaitan dengan kasus itu disegel setelah setelah kasus tersebut ditutup (dinyatakan selesai), dan tidak pernah dibuka sampai sekitar tahun 1990-an. Penyebab insiden tersebut masih spekulatif, dan wawancara yang terhadap peneliti utama insiden itu, Lev Ivanov, pada waktu dokumen yang disegel dibuka kembali, malah memperlihatkan betapa aneh dan misteriusnya kasus ini.
Ivanov adalah orang yang pertama kali menemukan bahwa tubuh dan pakaian yang ditemukan semua radioaktif, dan mengatakan bahwa Geiger counter (detektor radiasi) yang dibawanya berbunyi menggila di lokasi sekitar perkemahan. Dia juga mengatakan bahwa para pejabat Soviet mengatakan kepadanya pada waktu itu untuk menutup kasus tersebut, meskipun ada laporan bahwa “bola terbang terang” telah dilaporkan di daerah tersebut pada bulan Februari dan Maret tahun 1959.
“Saya menduga pada saat itu dan saya hampir yakin sekarang bahwa bola terbang terang tersebut memiliki koneksi langsung terhadap kematian para pendaki itu”, kata Ivanov kepada koran Kazakh Leninsky dalam sebuah wawancara.
Kelompok siswa lain yang berkemah sekitar 30 mil dari kelompok pendaki, melaporkan penampakan serupa di waktu itu. Dalam kesaksian tertulis, salah seorang siswa mengatakan bahwa ia melihat “obyek melingkar bersinar terbang di atas desa dari barat daya ke timur laut. Cakram bersinar itu terlihat seukuran bulan purnama, bercahaya putih kebiruan dikelilingi oleh lingkaran cahaya biru. Lingkaran cahaya biru tersebut berkelebat seperti kilatan petir. Ketika obyek tersebut menghilang di balik cakrawala, langit menyala terang di tempat itu selama beberapa menit”.
Teori yang paling terkemuka, mengingat kerahasiaan kasus, radioaktivitas, dan penampilan beberapa mayat yang dilaporkan terlihat “sangat kecokelatan” oleh seorang anak muda yang menghadiri beberapa pemakaman mereka, adalah bahwa kelompok pendaki itu entah bagaimana menjadi ajang pengujian teknologi militer Soviet. Tapi, teori ini tetap tidak dapat menjelaskan apa yang menyebabkan trauma pada beberapa pendaki.
Ada kemungkinan bahwa salah satu anggota melihat beberapa cahaya yang menakutkan di langit dan semua orang panik, kemudian lari, tapi tidak pernah ada bukti ledakan di daerah tersebut, yang mengesampingkan semacam uji coba nuklir atau sesuatu yang sejenis. Tapi meskipun demikian, itu tidak menjelaskan patah tulang dan tengkorak retak. Beberapa trauma memang dapat dijelaskan oleh jatuh ke dalam liang, tapi ingat, Slobodin tengkoraknya retak dan ditemukan terbaring menghadap kembali ke tenda.
Fakta bahwa sisa-sisa api ditemukan, menunjukkan bahwa beberapa pendaki masih memiliki kontrol terhadap emosi mental mereka, dan psikosis memang bukanlah efek dari paparan radiasi, tapi itu tidak menjelaskan mengapa para pendaki tersebut berjalan tanpa membawa peralatan apapun dari tenda mereka.
Skenario yang lebih sederhana dan mungkin terbaik adalah: Para pendaki terkubur di longsoran salju, dan dalam keadaan hipotermia delirium, bergegas pergi mencari bantuan. Longsoran salju yang sangat kuat, kemungkinan bisa mengakibatkan jenis trauma yang beberapa dari pendaki tersebut alami.
Namun, kurangnya kejelasan dari penyelidikan awal karena begitu cepatnya kasus ini ditutup, telah membuat insiden ini sebagai target favorit dari teori konspirasi dan pemburu alien. Dan memang insiden ini cukup aneh dan misterius ….

Misteri Pasar Bubrah Gunung Merapi

Ada wilayah di lereng gunung Merapi yang terkenal dengan keangkerannya. Wilayah tersebut adalah wilayah yang disebut sebagai Pasar Bubrah atau yang dikenal warga sebagai tempat Pasar Setan/Jin maupun yang dipercaya tempat dedemit (makhluk astral) bertransaksi di kawasan puncak Merapi.
Mitos lainnya, Pasar Bubrah atau Pasar Setan ini merupakan pusat kerajaan setan atau dedemit penguasa Merapi. Sehingga, bila seorang pendaki berbuat atau berpikiran tidak bersih, maka akan secara tidak sengaja disesatkan atau dibuat bingung para makhluk halus penguasa Merapi.
Seperti yang dikutip dari wisatamistisjogja.blogspot.com penduduk di daerah Gunung Merapi mempunyai kepercayaan adanya tempat-tempat angker atau sakral. Tempat angker tersebut dipercayai sebagai tempat-tempat yang telah dijaga oleh makhluk halus. Di mana tempat itu tidak dapat diganggu dan tempat tersebut mempunyai kekuatan gaib yang harus dihormati.
Penduduk maupun pendaki Merapi pantang untuk melakukan kegiatan seperti menebang pohon, merumput dan mengambil ataupun memindahkan benda-benda yang ada di daerah tersebut. Selain itu ada juga pantangan untuk tidak berbicara kotor, kencing atau buang air besar, karena akan mengakibatkan rasa tersinggung makhluk halus yang menghuni disitu.

Selain kawasan Pasar Bubrah, tempat yang angker di Gunung Merapi adalah kawah Merapi sebagai istana dan pusat keraton makhluk halus Gunung Merapi. Di bawah puncak Gunung Merapi ada daerah batuan dan pasir yang bernama Pasar Bubrah yang oleh masyarakat dipercaya sebagai tempat yang sangat angker.
Pasar Bubrah tersebut dipercaya masyarakat sebagai pasar besar Keraton Merapi dan pada batu besar yang berserakan di daerah itu dianggap sebagai warung dan meja kursi makhluk halus.
Bagian dari keraton makhluk halus Merapi yang dianggap angker adalah Gunung Wutoh yang digunakan sebagai pintu gerbang utama Keraton Merapi. Gunung Wutoh dijaga oleh makhluk halus yaitu ‘Nyai Gadung Melati’ yang bertugas melindungi linkungan di daerah gunungnya termasuk tanaman serta hewan.
Selain tempat yang berhubungan langsung dengan Keraton Merapi ada juga tempat lain yang dianggap angker. Daerah sekitar makam Sjech Djumadil Qubro merupakan tempat angker karena makamnya adalah makam untuk nenek moyang penduduk dan itu harus dihormati.
Selanjutnya tempat-tempat lain seperti di hutan, sumber air, petilasan, sungai dan jurang juga dianggap angker. Beberapa hutan yang dianggap angker yaitu Hutan Patuk Alap-alap dimana tempat tersebut digunakan untuk tempat penggembalaan ternak milik Keraton Merapi, Hutan Gamelan dan Bingungan serta Hutan Pijen dan Blumbang. Bukit Turgo, Plawangan, Telaga putri, Muncar, Goa Jepang, Umbul Temanten, Bebeng, Ringin Putih dan Watu Gajah.
Beberapa jenis binatang keramat tinggal di hutan sekeliling Gunung Merapi dimiliki oleh Eyang Merapi. Binatang hutan, terutama macan putih yang tinggal di hutan Blumbang, pantang ditangkap atau dibunuh. Selanjautnya kuda yang tinggal di hutan Patuk Alap-alap, di sekitar Gunung Wutoh, dan di antara Gunung Selokopo Ngisor dan Gunung Gajah Mungkur adalah dianggap/dipakai oleh rakyat Keraton Makhluk Halus Merapi sebagai binatang tunggangan dan penarik kereta.
Di puncak Merapi ada sebuah Keraton yang mirip dengan keraton Mataram, sehingga di sini ada organisasi sendiri yang mengatur hirarki pemerintahan dengan segala atribut dan aktivitasnya. Keraton Merapi itu menurut kepercayaan masyarakat setempat diperintah oleh kakak beradik yaitu Empu Rama dan Empu Permadi.
Seperti halnya pemerintahan sebagai sebagai Kepala Negara (Empu Rama dan Empu Permadi) melimpahkan kekuasaannya kepada Kyai Sapu Jagad yang bertugas mengatur keadaan alam Gunung Merapi. Berikutnya ada juga Nyai Gadung Melati, tokoh ini bertugas memelihara kehijauan tanaman Merapi.
Ada Kartadimeja yang bertugas memelihara ternak keraton dan sebagai komando pasukan makhluk halus. Ia merupakan tokoh yang paling terkenal dan disukai penduduk karena acapkali memberi tahu kapan Merapi akan meletus dan apa yang harus dilakukan penduduk untuk menyelamatkan diri. Tokoh berikutnya Kyai Petruk yang dikenal sebagai salah satu prajurit Merapi.
Begitu besarnya jasa-jasa yang telah diberikan oleh tokoh-tokoh penghuni Gunung Merapi, maka sebagai wujud kecintaan mereka dan terima kasih terhadap Gunung Merapi masyarakat di sekitar Gunung Merapi memberikan suatu upeti yaitu dalam bentuk upacara-upacara ritual keagamaan. Sudah menjadi tradisi keagamaan orang Jawa yaitu dengan mengadakan selamatan atau wilujengan, dengan melakukan upacara keagamaan dan tindakan keramat.
Upacara Selamatan Labuhan diadakan secara rutin setiap tahun pada tanggal kelahiran Sri Sultan Hamengku Buwono X yakni tanggal 30 Rajab. Upacara dipusatkan di dusun Kinahrejo desa Umbulharjo. Di sinilah tinggal sosok Almarhum Mbah Marijan sebagai juru kunci Gunung Merapi yang sering bertugas sebagai pemimpin upacara labuhan. Yang kini telah digantikan oleh Mas Asih sang anak sebagai pewaris juru kunci Merapi.
Di Selo setiap tahun baru Jawa 1 Suro diadakan upacara Sedekah Gunung, dengan harapan masyarakat menjadi aman, tentram dan sejahtera, dengan panen yang melimpah. Upacara ini disertai dengan menanam kepala kerbau di puncak Merapi atau di Pasar Bubrah.

Inilah Selfie Paling Berbahaya di Dunia?




Seorang pria Australia mungkin telah membuat salah satu selfie terbaik yang pernah ada. Video yang ia posting di YouTube menunjukkan dia mengemudi mobilnya mendekati Dust Devil (puting beliung gurun) yang besar …
“Dia (dust devil) benar-benar telah terbentuk,” kata seorang pria dengan aksen Aussie medok dalam video di menit pertama. “Ini salah satu yang terbesar yang pernah kulihat dalam beberapa tahun”, ia terkekeh.
Seperti yang dikutip dari Alam Mengembang Jadi Guru pria tersebut terlihat keluar dari mobilnya dan berlari menuju dust devil sambil membawa kameranya. Saat ia semakin dekat ia berteriak: ‘Jesus Christ that is huge!’, sambil mengarahkan kameranya ke mukanya dengan latar belakang angin yang berputar tersebut. Setelah itu diapun berlari berusaha kembali ke mobilnya, sebelum dust devil menerjangnya. Video terlihat berputar-putar saat pria tersebut berlari panik kembali ke kendaraannya setelah selfie nya yang berbahaya.
Dengan terengah-engah ia tampaknya naik ke mobil tepat saat dust devil mencapainya. Dust devil terlihat dari jendela mengelilingi mobilnya, dan sejenak video terlihat gelap sebelum dust devil tersebut lewat. “Oh my God, oh my God”, desah pria tersebut saat mengatur ulang kamera untuk menunjukkan wajahnya.
Video ini diupload oleh Terry Tufferson, orang yang sama yang mengupload gambar seorang pria melawan seekor hiu putih besar di Sydney Harbour. Tidak mengherankan, beberapa pengguna YouTube mempertanyakan keaslian video ini.

Senin, 11 Agustus 2014

100 Gambar Lucu Blunder Politik Prahara Prabowo Dan Timsesnya Part 5

Berikut ini 100 gambar lucu blunder politik prahara prabowo dan timsesnya yang memuat berbagai gambar dan karikatur yang berisi sindiran terhadap blunder politik yang dilakukan oleh Prahara dan Timses baik sebelum dan sesudah Pilpres 2014. Tidak ada maksud apa apa dari penulis hanya untuk homur saja. selamat menikmati dan semoga tetap damai indonesia. seperti di kutip dari detikforum